Ayo, ayo! Teriak murid TK Istana Balita memberi semangat kepada para Mom
yang sibuk meracik bumbu nasi goreng. Para Mom harus membuat masakan
dengan rasa yang enak dan cepat. Waduh dasar anak-anak, mereka pun juga
ngglibet kepada para Mom. Suasana pun makin rame dan meriah. Sreng,
sreng, akhirnya Mom Ema dan Mom Yuni pemenangnya.
ISBA Luluskan Para Siswa Berkostum ala Koboi
Busana
koboi mewarnai pesta kelulusan siswa kelas B Istana Balita di Restoran
Gubeng, Surabaya (18/06) di akhir pekan. Tingkah polah para bocah yang
lucu dan lugu membuat suasana terasa meriah.
Lulusan ISBA |
Taman
Kanak-kanak (TK) Istana Balita ini milik Yayasan H.M. Cheng Hoo
Indonesia. Sekolah yang berlokasi di komplek Masjid Cheng Hoo, Jl.
Gading 2 Surabaya menggunakan 4 bahasa, yakni Indonesia, Arab, Tionghoa,
dan Inggris. Jumlah siswa kurang lebih 70 anak dari play group, TK A
dan TK B.
“Tahun
ini merupakan kelulusan yang ke sembilan. Anak didik kami yang lulus
pertamakali sudah duduk di bangku SMA,” terang Diani Yudiwati, S.A. Ma
kepala sekolah disela acara pentas seni.
Acara
kesenian ini menampilkan tari-tarian, operet, percakapan bahasa Arab,
Inggris dan Tionghoa dari anak-anak play group hingga TK B. paling unik
ketika ibu-ibu wali murid TK B menyanyikan beberapa lagu di atas pentas.
Para bocah yang menyaksikan di bawah panggung berteriak
memanggil-manggil mamanya. Kontan saja, hadirin pun tersenyum simpul.
Acara
yang dipandu Kak Yoko pesta kelulusan siswa ISBA diakhiri dengan
pengundian doorprize menarik dengan hadiah seperangkat mebel meja
belajar, peralatan dapur, dan sebagainya. “Perpisahan ISBA yang
dilakukan rutin setiap tahun dikemas dengan nuansa berbeda. Kali ini
diambil tema cowboy Texas untuk menarik hati anak-anak agar mereka makin
berprestasi dan semangat belajar,” ujar Unang Angkawidjaja humas
YHMCHI.
Herman
Halim, MBA ketua harian pelaksana YHMCHI diadapuk memberikan ijasah
kepada 16 lulusan dari TK B Istana Balita. Sebelumnya Herman yang juga
direktur Bank Maspion saat memberi sambutan mengingatkan tentang isu
yang sedang berkembang sekarang. “Kita selalu mengacu kepada apa yang
diarahkan negara barat. Padahal yang paling penting kita harus menjadi
bangsa yang mandiri tidak mudah terperdaya lembaga keuangan asing,”
tegasnya
Ia
pun berharap, para lulusan TK B ini menjadi generasi yang cerdas,
kreatif dan mandiri. Sebab kemandirian itu harus dimulai sejak
anak-anak. “Saya juga berterimakasih kepada kepala sekolah dan guru-guru
yang telah mendidik para murid dengan baik,” katanya diakhir sambutan.Merangsang Kreatifitas Balita Dengan Ajarkan 4 Bahasa
Sekolah TK Istana Balita atau ‘ISBA’ yang memiliki kelas playgroup, TK A dan B membiasakan para murid kecilnya di
sekolah, rumah, dan dilingkungan di mana ia berada memakai 4 bahasa.
Bahasa Arab, Inggris, Mandarin dan Indonesia yang diajarkan para guru di
Istana Balita membuat anak-anak semakin bergairah belajar. Anak-anak
itu pun tidak mengeluh dengan banyaknya bahasa yang harus mereka
ucapkan. Para guru mengakui jika mengajarkan bahasa pada anak-anak tidak
boleh dipaksakan, namun harus dengan bermain agar mereka merasa senang
dan tidak tertekan.
“Saat ini bahasa yang kita ajarkan tersebut dipakai dalam keseharian masyarakat. Anak-anak perlu dikenalkan dan dibiasakan bercakap-cakap
dengan bahasa tersebut agar tidak merasa asing dan ketinggalan. Karena
banyak kemajuan teknologi yang memakai bahasa tersebut sehingga
anak-anak mudah mengikuti. Bahasa Inggris sudah biasa mereka dengar
maupun berkomunikasi dengan orangtua, namun bahasa Mandarin perlu
pembelajaran yang rutin,” terang Diani Yudiwati S, Ama, kepala sekolah Isba yang terletak di lingkungan Masjid Cheng Hoo Surabaya.
Pemakaian
bahasa Inggris dilakukan di lingkungan sekolah ISBA setiap hari Senin
dan Selasa, sedangkan Rabu, Kamis, dan Sabtu menggunakan bahasa
mandarin, untuk hari Jumat khusus Bahasa Arab. Bahasa Arab diajarakan
oleh Musdalifah S.Pd, Bahasa Inggris oleh Ferry Retno S.Pd dan Bahasa
Madarin oleh Laoshi Elly Wong.
“Orang
tua wali murid sangat respon dengan empat bahasa yang kami ajarkan,
bahkan mereka meminta kita membuka kelas untuk bahasa mandarin. Sambil
mengunggui putra-putrinya belajar,” tutur sang kepala sekolah yang
mengakui di bulan April ini murid kesayangannya berhasil meraih juara I
menyanyi baik perorangan maupun grup tingkat Propinsi.
Kelas Bahasa Mandarin Bersama Laoshi Elly Wong
Bahasa
Inggris, Arab, dan Mandarin memiliki banyak perbedaan dan tingkat
kesulitan masing-masing. Seperti Bahasa Mandarin yang memiliki tingkat
kesulitan pengucapan dan huruf yang berjumlah ratusan ribu, Laoshi
(guru) Elly Wong memiliki pengalaman yang menarik dalam hal mengajar
murid kecilnya di lingkungan Masjid Cheng Hoo tersebut.
Bagi
wanita yang lama tinggal di Taipei ini mengajar anak-anak balita adalah
hobi. Ia pun mengabdikan diri menjadi guru taman kanak-kanak dan balita
di Istana Balita di lokasi Masjid Cheng Hoo. Elly Wong yang setiap hari
mengajar selama satu jam bahasa Mandarin merasa sangat senang melihat
perkembangan cepat anak didiknya dari usia 2 hingga 5 tahun. “Pada
awalnya mereka kesulitan, namun lama-lama mendengar dan belajar menulis
akhirnya mereka cepat menangkap dan hafal bahasa yang saya ajarkan,”
tutur wanita yang berusia 34 tahun saat ditemui Koran ini di ruang
kelasnya.
Anak-anak
yang berusia 2 tahun memiliki memori (daya simpan ingatan) yang besar
terhadap apa yang dilihat. Menurut Elly Wong kebanyakan murid play group
tidak bisa berbicara bahasa Mandarin namun mereka dengan tanggap akan
menunjuk gambar yang dimaksud. “Saya mengajarkan bahasa Mandarin pada
anak-anak dengan gembira sehingga mereka senang, seperti menyanyi,
menggambar, menulis, berpuisi dan lain sebagainya, tujuannya agar daya
kreatifitas mereka turut terangsang. Untuk anak-anak play group biasanya
saya kenalkan cara pengucapan, sedangkan TK A dan B mengenal lingkungan
sekitar dan menulis,” imbuh wanita yang bertekad mengamalkan ilmu
bahasa Tionghoa pada anak-anak seumur hidupnya.
Di
akhir tahun ajaran, Elly Wong juga memberikan tes pada anak-anak
didiknya untuk melihat perkembangannya. Ia bahkan menampilkan anak-anak
dalam drama bahasa Tionghoa pada pementasan perpisahan. “Bahasa Mandarin
kami beri porsi yang lebih karena perkembangan jaman. Selain itu respon
dari orangtua wali murid sangat bagus dan mendukung penuh,” terang
Diani Yudiwati S, Ama.
Langganan:
Postingan (Atom)