“Saat ini bahasa yang kita ajarkan tersebut dipakai dalam keseharian masyarakat. Anak-anak perlu dikenalkan dan dibiasakan bercakap-cakap
dengan bahasa tersebut agar tidak merasa asing dan ketinggalan. Karena
banyak kemajuan teknologi yang memakai bahasa tersebut sehingga
anak-anak mudah mengikuti. Bahasa Inggris sudah biasa mereka dengar
maupun berkomunikasi dengan orangtua, namun bahasa Mandarin perlu
pembelajaran yang rutin,” terang Diani Yudiwati S, Ama, kepala sekolah Isba yang terletak di lingkungan Masjid Cheng Hoo Surabaya.
Pemakaian
bahasa Inggris dilakukan di lingkungan sekolah ISBA setiap hari Senin
dan Selasa, sedangkan Rabu, Kamis, dan Sabtu menggunakan bahasa
mandarin, untuk hari Jumat khusus Bahasa Arab. Bahasa Arab diajarakan
oleh Musdalifah S.Pd, Bahasa Inggris oleh Ferry Retno S.Pd dan Bahasa
Madarin oleh Laoshi Elly Wong.
“Orang
tua wali murid sangat respon dengan empat bahasa yang kami ajarkan,
bahkan mereka meminta kita membuka kelas untuk bahasa mandarin. Sambil
mengunggui putra-putrinya belajar,” tutur sang kepala sekolah yang
mengakui di bulan April ini murid kesayangannya berhasil meraih juara I
menyanyi baik perorangan maupun grup tingkat Propinsi.
Kelas Bahasa Mandarin Bersama Laoshi Elly Wong
Bahasa
Inggris, Arab, dan Mandarin memiliki banyak perbedaan dan tingkat
kesulitan masing-masing. Seperti Bahasa Mandarin yang memiliki tingkat
kesulitan pengucapan dan huruf yang berjumlah ratusan ribu, Laoshi
(guru) Elly Wong memiliki pengalaman yang menarik dalam hal mengajar
murid kecilnya di lingkungan Masjid Cheng Hoo tersebut.
Bagi
wanita yang lama tinggal di Taipei ini mengajar anak-anak balita adalah
hobi. Ia pun mengabdikan diri menjadi guru taman kanak-kanak dan balita
di Istana Balita di lokasi Masjid Cheng Hoo. Elly Wong yang setiap hari
mengajar selama satu jam bahasa Mandarin merasa sangat senang melihat
perkembangan cepat anak didiknya dari usia 2 hingga 5 tahun. “Pada
awalnya mereka kesulitan, namun lama-lama mendengar dan belajar menulis
akhirnya mereka cepat menangkap dan hafal bahasa yang saya ajarkan,”
tutur wanita yang berusia 34 tahun saat ditemui Koran ini di ruang
kelasnya.
Anak-anak
yang berusia 2 tahun memiliki memori (daya simpan ingatan) yang besar
terhadap apa yang dilihat. Menurut Elly Wong kebanyakan murid play group
tidak bisa berbicara bahasa Mandarin namun mereka dengan tanggap akan
menunjuk gambar yang dimaksud. “Saya mengajarkan bahasa Mandarin pada
anak-anak dengan gembira sehingga mereka senang, seperti menyanyi,
menggambar, menulis, berpuisi dan lain sebagainya, tujuannya agar daya
kreatifitas mereka turut terangsang. Untuk anak-anak play group biasanya
saya kenalkan cara pengucapan, sedangkan TK A dan B mengenal lingkungan
sekitar dan menulis,” imbuh wanita yang bertekad mengamalkan ilmu
bahasa Tionghoa pada anak-anak seumur hidupnya.
Di
akhir tahun ajaran, Elly Wong juga memberikan tes pada anak-anak
didiknya untuk melihat perkembangannya. Ia bahkan menampilkan anak-anak
dalam drama bahasa Tionghoa pada pementasan perpisahan. “Bahasa Mandarin
kami beri porsi yang lebih karena perkembangan jaman. Selain itu respon
dari orangtua wali murid sangat bagus dan mendukung penuh,” terang
Diani Yudiwati S, Ama.
0 komentar:
Posting Komentar